Rabu, 18 Juli 2012

Memaknai Ramadhan


Jelang Ramadhan.
Beberapa hari lagi umat Islam di Indonesia bahkan di seluruh dunia akan memasuki bulan Ramadhan. Berbagai persiapan menyongsong datangnya  bulan puasa pun dilakukan, dimulai dari acara penutupan pengajian rutin, ziarah kubur hingga acara memperbanyak belanjaan juga dilakukan. Padahal kebiasaan belanja ini juga yang  mengakibatkan meroketnya harga bahan-bahan pokok sesuai permintaan pasar yang sudah mulai melambung tinggi. 
Fenomena ini mungkin hanya terjadi di Indonesia saja, setiap kali memasuki hari-hari besar keagamaan, setiap kali  itu pula terjadi fluktuasi harga bahan-bahan pokok. Fluktuasi harga pangan dasar yang seharusnya sudah tidak terjadi pada era reformasi ini. 
Tentang ketidak pastian harga bahan pokok pada era ini biarlah menjadi "catatan" para pengatur kebijakan ekonomi, kita hanya bisa berharap mudah-mudahan masih ada ekonom yang punya keberpihakan kepada wong cilik; yang sudah sepantasnya dilindungi pemerintah.

Hakikat bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan hakikatnya bulan bonus bagi umat Islam. Pada bulan yang disebut pula sebagai bulan maghfirah atau bulan penuh pengampunan ini,  Allah swt diyakini berkenan memberikan pengampunan kepada siapapun yang mau bertobat; juga diyakini bahwa Allah swt akan melipatgandakan pahala bagi siapapun yang berbuat kebajikan; dan yang paling istimewa dibulan ini, setan-setan dirantai selama satu bulan penuh dan mereka dilarang beraktifitas menggoda manusia. Artinya bahwa pada bulan Ramadhan Allah swt memberikan support kepada manusia untuk dapat menundukkan hawa nafsunya sendiri dengan mudah.  
Oleh karenanya sudah sepantasnya jika datangnya Ramadhan ini kita apresiasi lebih, kita sambut dengan penuh semangat. 
Ada api pasti ada asapnya. Datang Ramadhan datang pula cerita serba serbi seputar Ramadhan, karena akan semakin banyak orang melakukan kebajikan, mengerjakan tarawih, melakukan tadarus dll mudah-mudahan bukan karena mengharap-harapkan pahala yang dilipatgandakan, tapi semata karena keikhlasan hati untuk melaksanakannya. Semoga. 

Inilah yang menurut saya menjadi handycap umat Islam saat ini. Mereka melakukan ibadah dalam kapasitasnya sebagai hamba, yang berada "ing ngarsane" (berada di haribaan NYA) namun disaat melaksanakannya tidak diiringi dengan ketulusan hati yang utuh, mereka melakukan ibadah karena menginginkan imbalan pahala yang besar. Bukankah ini namanya tidak ikhlas sekaligus memprihatinkan. 
Walaupun demikian kondisinya, kita sesama umat muslim/manusia tidak berhak menilai/mengoreksinya, karena  sebagaimana Sabda Rasulullah,  Allah berfirman:
  
 "Ash-shaumuli wa ana azzibi.” 
(Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberi ganjaran-Nya).

Dalam pemahaman Islam Jawa Kasunyatane Urip, bulan Ramadhan hakikatnya adalah bulan pembelajaran/pembimbingan langsung dari Allah swt tentang bagaimana seharusnya seorang hamba melakukan ibadah sehari-harinya; tentang pemahaman dasar keikhlasan hati untuk menerima keadaan dengan perut lapar sepanjang siang hari. Mampukah anda menahan diri sekaligus menerima kondisi ini dengan hati yang ikhlas (?).

Setan sudah dirantai NYA, bukan berarti manusia bebas godaan. Karena sesungguhnya pada bulan Ramadhan, godaan justru datang dari nafsu manusia itu sendiri. Manusia masih tetap mengalami pergolakan batin di dalam dirinya yang dalam hal ini sesungguhnya manusia sedang mendapatkan pembelajaran menghadapi pergolakan antara kesucian hati nurani dengan gejolak nafsu hatinya sendiri; Ini adalah pembelajaran tentang peperangan sepanjang masa yang dimaksudkan Nabi Muhammad saw lebih besar daripada perang Badar. 

Berpuasa di bulan Ramadhan adalah sebuah metode pembelajaran luar biasa yang langsung dipandu Allah swt agar kita memiliki kemampuan dalam pengendalian diri menghadapi gempuran godaan duniawi. 

Hakikat paska bulan Ramadhan.
Kami memahami bahwa Ramadhan hakikatnya bulan pembelajaran dari Allah swt sebagai bekal ketahanan batin pada saat menghadapi ujian di paska bulan Ramadhan atau pada 11 bulan yang lain. 
Seperti sholat tarawih misalnya, hakikatnya adalah pelatihan sholat malam, merupakan bimbingan  bagaimana seharusnya kita mengisi waktu pada sepanjang malam di paska bulan Ramadhan.
Membayar zakat hakikatnya adalah pelatihan berbagi kepada sesama, merupakan bimbingan tentang adanya hak orang lain di dalam harta yang kita miliki, untuk kemudian dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Dan yang paling sulit adalah upaya menjaga kemenangan kita dalam mengendalikan diri/hawa nafsu tidak segera sirna. 
  • Lalu bagaimana cara menjaganya? 
  • Adakah metode khusus untuk memiliki kemampuan itu?
  • Apakah ada korelasi antara kegemaran Nabi Muhammad saw melakukan puasa  senin kamis dengan menjaga hasil-hasil dari puasa Ramadhan?
Cara paling sederhana untuk menjaga hasil puasa Ramadhan adalah dengan cara tetap berpuasa. Yang dimaksud adalah puasa sunah. Lakukanlah puasa sunah senin kamis mulai bulan Syawal dst.. hingga bulan Sya'ban. Kemudian juga perbanyaklah sholat sunnah. (Lihat :Laku Tirakat Islam Jawa)

Kesimpulan
Puasa Ramadhan ini esensi/tujuan akhirnya tentang “ la allakum tattaqun .. agar kamu bertakwa, yaitu perbaikan akhlak menuju akhlak yang mulia, berbudi luhur.
Esensi daripada berpuasa di bulan Ramadhan akan terlihat dan teruji ketika anda melakukan puasa di luar bulan Ramadhan, karena ketika anda berpuasa diluar bulan Ramadhan, yang harus anda miliki adalah: 
 - Niat dan motivasi yang kuat. 
 - Keteguhan dalam meyakini kebenaran yang dikerjakan. 
 - Keikhlasan saat melaksanakannya
 - Kesabaran dalam menjalaninya
Empat hal diatas sangat menentukan kwalitas ketakwaan yang anda miliki karena merupakan indikator tingkat penghambaan anda kepada NYA. 

Demikianlah kami memaknai Ramadhan, dipandang dari sisi pemahaman Islam Jawa Kasunyatane Urip. Semoga bermanfaat
tetap sehat, tetap bersemangat dan selalu taat.
terima kasih.

(gambar dari google images)

Tidak ada komentar: