Senin, 26 November 2012

Hakikat Keinginan / Mimpi / Cita-cita

Perjalanan lelaku saya kali ini seputar pengalaman yang berkaitan dengan kehendak hati, "kekarepan", keinginan, impian atau cita-cita.

Sudah sewajarnya jika orang memiliki impian. Ibarat kata, impian itu seperti sebuah insting, natural alias alamiah. Tiap individu pastinya memilki naluri alami dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan impian-impiannya. Keinginan yang amat individualistik dan tentu saja beragam serta berjenjang tergantung pada strata sosial dimana mereka berada.

Era Reformasi.
Pada era ini, dengan kondisi sosial masyarakat seperti ini, impian mereka saya gambarkan seperti seekor ikan yang hendak dipancing. Pada ujung kail diberi umpan uenak dari cacing sampai umpan "oplosan" ramuan roti, susu, keju hingga ikanpun sulit menolak umpan yang ditawarkan. 
Bayangkan, diiming-iming umpan selezat itu.. tanpa ba bi bu, si ikan pasti sudah menyangkutkan dirinya sendiri di kail.


Sialnya, dengan bertambah majunya jaman dalam keriuhan liberalisasi dan kapitalisasi di negara tercinta, orang akan semakin sulit meredam godaan ketika semua media sebagai sentral industri periklanan memborbardir masyarakat dengan berbagai tawaran-tawaran. Masyarakat disuguhi iklan macem-macem, disuruh beli. Kalau finansialnya kurang, ditawari kredit. Mau apa saja sekarang bisa.
  
Mudah-mudahan anda bukan termasuk tipe orang yang mudah terpancing tawaran kredit. Karena jika anda tidak hati-hati dalam pengelolaannya, bisa-bisa aset ikut melayang.

Mengelola Cita-cita.
Saya ingin mengatakan bahwa di ranah hakikat anda boleh bermimpi/ memiliki cita-cita selama mimpi atau impian anda bukan perwujudan hasrat nafsu keduniawian. Oleh karena itu anda harus memahami dengan baik dan benar bagaimana tata cara pengelolaannya cita-cita menurut hakikat.
  • Bagaimanakah cara yang sesuai dengan kaidah-kaidah hakikat?
  • Apakah dalam proses pencapaiannya selalu melibatkan Tuhan?
  • Ataukah Tuhan baru dilibatkan ketika pekerjaan anda mulai bermasalah?  
Kuncinya... 
Berhati-hatilah dengan keinginan yang menggebu-gebu. Mengapa? 
Dalam hal ini, anda dituntut untuk "waskita dan mumpuni", anda harus bisa membedakan mana yang keinginan karena kehendak hati nurani dengan  keinginan karena kehendak nafsu


Memohon cara HAKIKAT:

1. PUNYA KEINGINAN/CITA-CITA   à  LANJUTKAN KE  ITEM 2

2. SHOLAT/ TIRAKAT/MUNAJAT    à  TUJUANNYA KE ITEM 3, Mohon Petunjuk

3. MOHON  PETUNJUK TUHAN - agar  Mendapatkan RIDHO NYA !!!
            ADA PETUNJUK          à KE ITEM 4
      BELUM ADA PETUNJUK à KEMBALI KE ITEM 2

4. REALISASI/DIWUJUDKAN.


Keterangan: 
  • Jika punya cita-cita, lakukanlah laku tirakat. Kerjakan rukunnya seperti diatas, dengan jalan perbanyak sholat malam. Lakukan tirakat, berpuasa hari senin dan kamis. Setiap malam selesai sholat, bermunajat kepada Allah swt.
  • Lakukan sepanjang sisa hidup anda. Jangan berhenti jika sudah mendapatkan petunjuk.  Selama menunggu realisasi dari permintaan, anda harus tetap ber tawakal, berserah diri kepada Allah.
  • Dalam penantian ini anda harus yakin, sabar dan ikhlas hingga semua yang telah dijanjikan oleh Allah swt melalui petunjuk NYA terwujud.
  • Jika belum mendapatkan petunjuk, maka perbanyaklah sholat sunah, jalani tirakat lebih ikhlas lagi hingga seikhlas-ikhlasnya;  tingkatkan kesabaran dan keyakinan anda dan percayalah jika pada waktunya nanti Allah swt pasti memberikan petunjuk dan bimbingan NYA serta mewujudkan keinginan/cita-cita anda.

Tujuan melakukan tirakat.
Menjalani laku tirakat seperti pola diatas bertujuan memberikan pengajaran agar memiliki kemampuan untuk membedakan antara keinginan yang bersumber dari hati nurani (yg berarti mendapat petunjukNYA) dengan keinginan yang bersumber dari nafsu syahwat keduniawian.


Memang diperlukan waktu agak panjang untuk mengetahui perbedaannya, karena NURANI dengan NAFSU itu tempatnya berada dalam satu bagian di HATI SANUBARI (Letaknya tepat di ulu hati). 


Perbedaan itu akan semakin dipahami seiring dengan perjalanan waktu anda menjalani laku tirakat. Kian lama anda menjalaninya, rasa hati anda semakin halus. Jadi, kehalusan rasa hati itu sendiri hakikatnya adalah buah dari laku tirakat yang istiqomah. 


Mendapatkan Ridho NYA.
Menurut kacamata hakikat, keinginan diibaratkan sebagai api nan tak kunjung padam. Ibarat obor yang nyalanya terjaga dan terus berkobar memberikan motivasi agar manusia senantiasa memiliki pola kehidupan yang dinamis.
Penuh semangat untuk selalu meng-update diri inilah sesungguhnya yang membatasi jiwa-jiwa manusia dalam pengembaraannya mencapai kesempurnaan hakiki dari Allah swt. 

Untuk mendapatkan ridho NYA, anda tidak perlu bersusah payah mencari pembimbing spiritual. Yang harus anda lakukan hanyalah bertawakal, berserah diri kepada Allah swt. Mengikhlaskan hidup anda, bersedia mati kapan saja sesuai kehendak NYA serta berjanji hanya menyembah Allah swt semata. 
Kemudian lakukanlah tirakat seperti diterangkan diatas. (lihat juga LELAKU dan Laku Islam Jawa/Tirakat )

Kesimpulan.
Cita-cita ataupun keinginan yang senantiasa menyertai hidup manusia hakikatnya datang dari Allah swt, dihadirkan ke dalam hati sebagai "damar panuluh" (lampu penuntun)

Bekal yang diperlukan adalah titi, setiti, waspada lan wicaksana, kehalusan rasa hati, kehati-hatian, kewaspadaan dan kebijaksanaan anda pada saat keinginan/cita-cita itu dihadirkan di dalam hati kita. Hendaknya keinginan itu dikonfirmasi lagi, dikembalikan kepada yang menghadirkan untuk mengetahui makna yang tersirat di dalamnya.

Maukah  anda melakukannya???

Tetep sehat, tetep semangat dan selalu taat.
Wassalam.     

Tidak ada komentar: