Selasa, 22 Juni 2010

Perang akhir jaman

Paradigma baru.
Dalam 4 tahun terakhir, saya mengalami perubahan pemahaman yang sangat ekstrim. Sehingga bisa dikategorikan revolusi pemahaman  yaitu tentang perubahan tata cara berkehidupan menggunakan paradigma baru. Pemahaman ini merupakan penjungkir-balikan logika yang selama ini saya gunakan dan secara umum dipahami masyarakat. 

Bagaimana tidak jungkir balik?
Sebagai contoh, logika normal yang umumnya dipahami masyarakat bahwa orang harus bekerja atau melakukan ihtiyar/usaha apa saja bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya untuk menghasilkan uang. 

Akan tetapi, pemahaman ini lain...
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, pemahaman ini menyerahkan sepenuhnya urusan duniawinya kepada yang Maha Kuasa membagikan rejeki. Mereka pasrah.
Yang diutamakan dalam pandangan ini adalah penghambaan kepada yang Maha Kuasa. Dengan demikian Allah ridho memberi bimbingan dan tuntunan kepada mereka didalam menjalani kehidupan di dunia hingga di akhirat. 
Usaha atau ihtiyar yang dilakukan tidak secara horizontal tapi berupa usaha vertikal yakni dengan memperbanyak amal sholeh, berpuasa senin kamis dan memperbanyak sholat2 sunah serta berperilaku baik.

Tentu tidak mudah menjalani kehidupan seperti saya sebutkan diatas tadi, karena hakikatnya sebuah paradigma baru “yang tidak lumrah” pasti menimbulkan pergolakan batin yang luar biasa.
Jika suatu saat nanti anda mengalaminya, pasti anda akan merasakan pertentangannya. Bisa di ibaratkan seperti di film laga, seorang diri melawan satu pleton pasukan musuh, tapi musuhnya tidak kasat mata. Terjadi baku tembak dan baku serang yang amat sengit tanpa adanya waktu rehat. Tentulah capek karena hopeless, ga ada harapan menang!
Sehingga untuk bisa memenangkan pertempuran ini, anda harus memiliki kunci kebebasan terlebih dahulu.

Itulah gambaran perang akhir jaman. 
Peperangan yang terjadi di akhir jaman itu bukanlah perang antar negara yang saling mengirimkan misil antar benua berhulu ledak nuklir. Peperangan akhir jaman adalah perang melawan hawa nafsu, perang melawan nafsunya sendiri. Medan perangnya ada di dalam dirinya sendiri.. Ini sebuah peperangan dahsyat di akhir jaman; dan semua orang akan mengalaminya sendiri. Subhanallah !!!  

Semenjak 1500 tahun yang lalu paska perang Badar, nabi Muhammad saw ditanya oleh salah seorang sahabat :
Yaa nabii, apakah masih ada perang besar setelah peperangan Badar?”  
jawab nabi : 
“ada.. nanti di akhir jaman..  yaitu perang melawan hawa nafsu.” 
Saat ini, peperangan itu telah datang menghampiri hidup kita. Dan kita pun tidak menyadari kehadiran “musuh-musuh” tak berwujud. Mereka menjelma menjadi tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang diluar kemampuan. Masyarakat saat ini sudah terlalu akrab dengan “besar pasak daripada tiang”
Maka berbahagialah bagi siapa saja yang tetap selalu ingat kepada Allah dan selalu waspada akan perilaku/perbuatannya. 

Pengertian nafsu
yaitu hasrat atau kehendak atau keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih dengan memakai cara apapun.. karena merasa selalu kurang dengan apa yang sudah dimiliki.. atau sudah ada tapi pengin yang baru.. ada baru, pengin lagi.. gak ada puas-puasnya.. itulah gambaran nafsu.
Jika dibiarkan.. nafsu ini akan menyebabkan memudarnya rasa bersyukur di dalam hati.  Jika insanul mukminin kehilangan rasa bersyukurnya. Subhanallah...!!!

Lihatlah apa yang akan terjadi ?!
Semua hal baik dalam kehidupan pasti bersumber dari dalam hati.. nilai kebenaran mutlak yang dianut oleh bangsa dimanapun.. bersumber dari hati.
Masyarakat Jawa mengenal nilai kebenaran itu dengan istilah rasa (roso).  Rasa (roso) adalah suatu perasaan yang adanya di dalam hati terdalam, disebut juga dengan nurani atau kalbu. 

Rasulullah SAW bersabda,
"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita juga sepakat untuk mengatakan bahwa nilai kebenaran yang bersumber dari hati yang terdalam itu adalah kebenaran hakiki. Dan setiap kebenaran hakiki pasti kepunyaan Allah.

Disebutkan didalam Al Quran (64:11)
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Demikianlah sesungguhnya keadaan di akhir jaman.
Sebagai  manusia yang hidup di masa ini, sebaiknya semua urusan harus dikembalikan lagi kepada Allah yang Maha Kuasa dan pandai-pandailah memilah antara kata hati dengan keinginan ego pribadi.

Agar terhindar dari rongrongan nafsu syukurilah apa yang ada, jalanilah kehidupan dengan wajar-wajar saja, jangan neko-neko.

tetap sehat bersemangat dan selalu taat
terima kasih.

Tidak ada komentar: