Paradigma baru.
Dalam 4 tahun terakhir, saya
mengalami perubahan pemahaman yang sangat ekstrim. Sehingga bisa dikategorikan revolusi pemahaman yaitu tentang perubahan tata cara
berkehidupan menggunakan paradigma baru. Pemahaman ini merupakan penjungkir-balikan
logika yang selama ini saya gunakan dan secara umum dipahami masyarakat.
Bagaimana tidak jungkir balik?
Sebagai contoh, logika normal
yang umumnya dipahami masyarakat bahwa orang harus bekerja atau melakukan
ihtiyar/usaha apa saja bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya untuk menghasilkan uang.
Akan tetapi, pemahaman ini
lain...
Dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, pemahaman ini menyerahkan sepenuhnya urusan duniawinya kepada yang
Maha Kuasa membagikan rejeki. Mereka pasrah.
Yang diutamakan dalam pandangan
ini adalah penghambaan kepada yang Maha Kuasa. Dengan demikian
Allah ridho memberi bimbingan dan tuntunan kepada mereka didalam menjalani kehidupan
di dunia hingga di akhirat.
Usaha atau ihtiyar yang
dilakukan tidak secara horizontal tapi berupa usaha vertikal yakni dengan memperbanyak
amal sholeh, berpuasa senin kamis dan memperbanyak sholat2 sunah serta
berperilaku baik.
Tentu tidak mudah menjalani kehidupan
seperti saya sebutkan diatas tadi, karena hakikatnya sebuah paradigma baru “yang
tidak lumrah” pasti menimbulkan pergolakan batin yang luar biasa.
Jika suatu saat nanti anda
mengalaminya, pasti anda akan merasakan pertentangannya. Bisa di ibaratkan
seperti di film laga, seorang diri melawan satu pleton pasukan musuh, tapi
musuhnya tidak kasat mata. Terjadi baku tembak dan baku serang yang amat sengit
tanpa adanya waktu rehat. Tentulah capek
karena hopeless, ga ada harapan menang!
Sehingga untuk bisa memenangkan
pertempuran ini, anda harus memiliki kunci
kebebasan terlebih dahulu.
Itulah gambaran perang akhir jaman.
Peperangan yang terjadi di
akhir jaman itu bukanlah perang antar negara yang saling mengirimkan misil antar benua berhulu ledak nuklir. Peperangan akhir jaman adalah perang melawan hawa
nafsu, perang melawan nafsunya sendiri. Medan perangnya ada di dalam dirinya sendiri.. Ini sebuah peperangan dahsyat di
akhir jaman; dan semua orang akan mengalaminya sendiri. Subhanallah !!!
Semenjak 1500 tahun yang lalu
paska perang Badar, nabi Muhammad saw ditanya oleh
salah seorang sahabat :
”Yaa nabii, apakah masih ada perang besar setelah peperangan Badar?”
jawab nabi :
“ada.. nanti di akhir jaman.. yaitu perang melawan hawa nafsu.”
Saat ini, peperangan itu telah
datang menghampiri hidup kita. Dan kita pun tidak menyadari kehadiran “musuh-musuh”
tak berwujud. Mereka menjelma menjadi tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang
diluar kemampuan. Masyarakat saat ini sudah terlalu akrab dengan “besar pasak
daripada tiang”
Maka berbahagialah bagi siapa saja yang tetap selalu ingat kepada Allah dan selalu waspada akan perilaku/perbuatannya.
Maka berbahagialah bagi siapa saja yang tetap selalu ingat kepada Allah dan selalu waspada akan perilaku/perbuatannya.
Pengertian
nafsu
yaitu hasrat atau kehendak atau
keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih dengan memakai cara apapun.. karena
merasa selalu kurang dengan apa yang sudah dimiliki.. atau sudah ada tapi pengin
yang baru.. ada baru, pengin lagi.. gak ada puas-puasnya.. itulah gambaran nafsu.
Jika dibiarkan.. nafsu ini akan
menyebabkan memudarnya rasa bersyukur di dalam hati. Jika insanul mukminin kehilangan rasa
bersyukurnya. Subhanallah...!!!
Lihatlah apa yang akan terjadi
?!
Semua hal baik dalam kehidupan pasti
bersumber dari dalam hati.. nilai kebenaran mutlak yang dianut oleh bangsa
dimanapun.. bersumber dari hati.
Masyarakat Jawa mengenal nilai
kebenaran itu dengan istilah rasa (roso). Rasa (roso) adalah suatu perasaan yang
adanya di dalam hati terdalam, disebut juga dengan nurani atau kalbu.
Rasulullah SAW bersabda,
"Ingatlah, dalam tubuh
manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh
tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita juga sepakat untuk
mengatakan bahwa nilai
kebenaran yang bersumber dari hati yang
terdalam itu adalah kebenaran hakiki. Dan setiap
kebenaran hakiki pasti kepunyaan Allah.
Disebutkan didalam Al Quran
(64:11)
Tidak ada suatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Demikianlah sesungguhnya
keadaan di akhir jaman.
Sebagai manusia yang hidup di masa ini, sebaiknya semua
urusan harus dikembalikan lagi kepada Allah yang Maha Kuasa dan pandai-pandailah
memilah antara kata hati dengan keinginan ego pribadi.
Agar terhindar dari rongrongan
nafsu syukurilah apa yang ada, jalanilah kehidupan dengan wajar-wajar
saja, jangan neko-neko.
tetap sehat bersemangat dan
selalu taat
terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar