Tentang
Islam Jawa
Pelaku Islam Jawa
Kasunyatane Urip hanya bersandar kepada Allah swt dan apapun yang terjadi tidak
akan meminta pertolongan kepada sesama mahluk, para pelakunya hanya
memohon pertolongan kepada Allah swt saja. (tidak berkolaborasi seperti yang
pernah dilakukan Panembahan Senopati dengan Kanjeng
Ratu Kidul dan penguasa Gunung Merapi).
(Foto:Syech Siti Jenar dan Kunci dari google images)
Memahami tentang agama Islam yang berkembang di tanah Jawa, nama Syech Siti Jenar dengan pandangannya berupa ajaran kasampurnan
tampaknya yang lebih meresap di dasar kepercayaan orang Jawa, karena ajaran kasampurnan yang dikenal sebagai
ajaran menunggaling kawulo gusti memang memiliki kesesuaian pandangan dengan
logika kesadaran berkehidupan orang Jawa.
Walaupun
demikian keadaannya, wali songo yang menyokong berdirinya keadaan Demak
memiliki pandangan dan pengajaran yang berbeda dengan ajaran Syech Siti Jenar,
ajaran manunggaling kawula gusti yang amat kontroversial itu telah membuat
gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Dari sisi kekuasaan, Kerajaan Demak mengkhawatirkan perkembangan yang
diprediksi akan berujung pada pemberontakan. Dasar pertimbangannya berdasarkan
fakta bahwa salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo kenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama halnya dengan Raden Patah).
Terlepas dari polemik sejarah tentang ajaran Syech Siti Jenar yang dianggap sesat
oleh kelompok Walisongo, ajaran manunggaling kawulo gusti terus berkembang di
pulau Jawa dan berbaur dengan ajaran yang didakwahkan oleh para wali (wali
songo). Dan dalam perkembangannya, saat ini kita sangat sulit membedakan
diantara para pemeluknya, mana yang menjadi pengikut Syech Siti Jenar dan
mana yang menjadi pengikut Walisongo.
Namun
jika ditilik dari perkawinan Panembahan Senapati dengan penguasa ghaib laut selatan, jelas tergambarkan serta menjadi indikator petunjuk
bahwa Panembahan Senapati selain menguasai ajaran manunggaling kawula gusti
(yang diamalkan oleh para pengikut Syech Siti Jenar), beliau berkemampuan pula
menggabungkan kekuatan spiritual yang dimilikinya dengan kekuatan spiritual
penguasa laut selatan.
Ajaran Panembahan Senapati inilah yang kemudian
berkembang menjadi ajaran di Kesultanan Mataram Islam khususnya bagi para
bangsawan kraton dan akhirnya berkembang luas juga di masyarakat. Ajaran inilah
yang dikemudian hari dikenal sebagai Islam Jawa Manunggaling Kawula
Gusti.
Islam
Jawa Kasunyatane Urip
Dalam
perjalanan memahami Islam Jawa ini saya menemukan perbedaan yang sangat
mendasar, bahwa Islam Jawa yang berada di Pare-Kediri merupakan Islam Jawa
Kasunyatane Urip dan tidak ada keterikatan dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa
ghaib laut selatan.
Mengapa demikian? Disinilah letak kemurnian dari
ajaran kasampurnan yang menjadi ciri dari Islam Jawa
Kasunyatane Urip. Ajaran kasampurnan Islam Jawa Kasunyatane Urip pada
hakikatnya menempatkan Al Quran sebagai
satu-satunya pedoman hidup di dunia. Hubungan antara Gusti Allah dengan kawulanya
bersifat individualistik, sehingga pencapaian pada tingkatan yang lebih tinggi
lagi adalah urusan masing-masing individu yang mempelajarinya tergantung dari
kemampuannya menyerap makna hakikat yang akan ditemui didalam
perjalanan di kehidupan sehari-hari.
Disinilah letak perbedaan yang mendasar
antara Islam Jawa Kasunyatane Urip dengan Islam Jawa Manunggaling Kawula
Gusti.
Laku
Tirakat dan Amalan
Di
postingan yang lalu (Tag: Laku Tirakat Islam Jawa) saya katakan bahwa jika ingin membersihkan hati
maupun ingin mendekatkan diri kepada Allah swt, maka yang terpenting hatinya
harus memiliki niat yang tulus ikhlas hendak berserah diri kepada Allah
swt.
Ada beberapa laku khusus yang spesifik Islam Jawa Kasunyatane
Urip adalah dilarang meminta dalam bentuk apapun dari orang lain kecuali kepada
orang tuanya ; tidak menolak pemberian orang lain berapapun jumlahnya ; nrimo
ing pandum ; tidak menagih uang yang dipinjamkan kepada orang lain ; tidak
meminjam uang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Yang dibaca atau amalan-amalannya :
- bacaan tasbih (Subhanallah), dilafadzkan didalam hati seiring
dengan keluarnya nafas; ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada
Nya.
- bacaan surat Al Fatihah, jika membaca surat ini harus dibaca lengkap.
Yaitu, diawali dengan membaca ta'awud (audzubillahi minnasy
syaithoon nirrojiim) dan diakhiri dengan membaca Amin.
(demikian juga jika dibaca berulang-ulang, harus dibaca lengkap)
Saat melaksanakan sholat wajib atau sunnah
:
- mulai takbiratul ihram sd salam, bacaan paling afdol jika dibunyikan
didalam hati saja; pikiran kosong, fokusnya tepat di ulu hati.
- lalu pejamkan mata agar bisa merasakan sholat dengan hikmat
(tuma'ninah).
- selesai sholat wajib atau sholat sunah, bacaan wiridnya Al Fatihah 3x
dan Subhanallah 3x.
Jika bermunajat :
- sebelum sholat, mintalah bimbingan dan tuntunan dari Allah didalam
menjalani kehidupan di dunia, jangan mendikte Allah dengan macam-macam
permintaan.
- awali dengan sholat sunah 2 roka'at.
- kemudian lakukan wirid dengan membaca Al Fatehah sebanyak-banyaknya yang
hanya dipersembahkan kepada Allah swt.
- ditutup dengan sholat sunah 2 roka'at.
Demikian sekelumit gambaran tata cara sholat hakikat
beserta wiridan yang bisa saya sampaikan, tentu tidak lengkap dan memang
sebaik-baiknya ilmu itu harus diberikan langsung secara lahiriah.
Bagaimanapun juga hal ini adalah sebuah
peribadatan hakikat yang harus benar-benar serius didalam menjalaninya.
akhir kata tetap sehat bersemangat dan selalu taat
terima kasih.
3 komentar:
Salam ketemu lg, makasih infonya, sangat bantu saya lebih kenal lg dg Islam Jawa. txs
Hakikatnya kata Jawa berarti ngerti ; paham ; memahami; terhadap aturan-aturan hidup.
so.. Islam Jawa bukan berarti Islamnya wong Jawa, akan tetapi bermakna lebih kepada pemeluk Islam yang mengerti akan aturan-aturan hidup berdasarkan Al Qur'an.
Posting Komentar