Kita yakini dan imani bahwa
kitab suci Al Quran adalah kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw; diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di dunia agar
digunakan sebagai pedoman hidup.
Pertanyaannya adalah..
Apakah anda sudah menjadikannya
sebagai pedoman hidup?
Wajarlah kawan.. dan lumrah
jika belum sepenuhnya bisa memahami seperti apa kaidah yang terkandung di
dalamnya. Karena dahulu, jauh-jauh hari sebelum menjalani laku, saya pun
mengalami kesulitan yang sama untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup.
Apa
pasal?
Sebagai kitab suci, sepertinya
Al Quran terlanjur dianggap sebagai benda keramat. Apabila ingin
membacanya, kita tidak boleh sembarangan. Ada aturan tak tertulis yang
mengaturnya; dan harus ditaati. Kalau tidak taat aturan, katanya bisa gudiken (kudisan). Percaya
atau tidak percaya, wallahu 'alam. Tapi begitulah adanya.
Pada waktu itu memang sempat
mikir juga, lha iyaa... wong namanya buku pedoman, itu sama halnya dengan buku
petunjuk. Pastinya akan lebih bagus jika sering dibaca untuk dipahami
maknanya dengan baik dan benar; tidak hanya sekedar dibaca tulisannya atau
"tadarus-an".
Tetapi kenapa malah di "keramat" kan
begitu ya? Wong yang keramat dan disembah-sembah itu kan yang memberi wahyu Al
Quran ! Bukan kitabnya..
Sehingga masuk di akal jika
muncul istilah yang mendeskripsikannya sebagai pemberhalaan Al Qur'an.
Memahami Al
Qur'an dengan Laku.
Begitulah, beberapa waktu yang
lalu saya dipertemukan dengan seorang pembimbing yang mengajarkan Al Qur'an
dengan laku. Intinya adalah melakukan laku
tirakat yang dikhususkan
kepada Allah swt sambil menjalani Al Quran didalam kehidupan sehari-hari, ayat
demi ayat.
Tirakatnya melalui sarana
berpuasa pada hari senin dan pada hari kamis, kemudian memperbanyak sholat
sunah, untuk mempertajam mata hati agar bisa berfungsi untuk merasakan dan
melihat hikmah tersirat dari kehidupan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
ini.
Ternyata.. untuk mengamalkan Al
Quran itu, kita tidak perlu mikir jauh-jauh, karena hakikatnya, Al Quran adalah
kitab yang mengatur tentang tata cara berperilaku manusia didalam menjalani
kehidupan ini. Tata cara berkehidupan yang dimulai dari diri sendiri,
sebagai kepala rumah tangga; sebagai imam bagi anak dan istrinya.
Kemudian apabila anda menjalani
kehidupan ini dengan jujur, yakin dan ikhlas, bahwa semua kehidupan ini adalah
kuasa Allah, lambat laun tapi pasti (alon-alon waton kelakon), anda akan
merasakan perubahan demi perubahan kearah yang lebih baik didalam perjalanan
hidup anda. Bisa anda buktikan sendiri !
Disisi lain, pada saat yang
sama, didalam hati (qalbi) anda akan merasakan perubahan “keberadaan” Allah
dari yang semula sepertinya tidak nyata menjadi samar-samar adanya; semakin
lama anda akan merasakan bahwa Allah memang nyata adanya.
Logika
Hakikat.
Sesungguhnya kita menjalani
kehidupan di dunia ini adalah atas kehendak dan perkenan dari Allah yang Maha
Kuasa. Apapun yang terjadi pada diri seseorang adalah atas sepengetahuan dan
perkenan dari NYA. Jadi.. di sepanjang hidup kita, didalam udara yang
kita hirup, di tiap hembusan nafas, disitu ada campur tangan Allah yang
mengaturnya. Meski demikian, secara faktual sungguh sulit untuk bisa
memahami bahwa semua keterkaitan dan ketergantungan ini telah diatur olehNya.
Sebagai contoh, didalam
memenuhi kebutuhan hidup.
Logikanya, ketika harus
ihtiyar mencari nafkah, kita harus memiliki kemauan dan kemampuan
bekerja sendiri. Sehingga jika kita tidak bekerja, maka kita tidak akan
memiliki penghasilan. Logika ini memang lumrah dipahami oleh kita semua
dan tidak ada yang salah dengannya.
Namun jika berada didalam
koridor hakikat, logika diatas menjadi tidak berlaku.
Karena ada perbedaan ihtiyar
yang dilakukan. Disini, ihtiyarnya hanya kearah vertikal saja (hablum
minnallah), sehingga kita tidak berurusan dengan istilah mencari nafkah, semua
urusan duniawi diserahkan kepada NYA.
Hasilnya, tentu terserah kepada
NYA; kita hanya sekedar menerima saja, apapun yang akan kita terima adalah yang
terbaik menurut DIA.
Subhanallah !!!
Hakikatnya, kehidupan duniawi
adalah tempat pemuasan dari keinginan insani. Sehingga apabila anda berada
dalam posisi masih mencari nafkah, berhati-hatilah. Pergunakanlah cara-cara
yang sesuai dengan Al Quran sebagai kitab pedoman akhlaqul karimah; pedoman
moral; pedoman dalam berperilaku. Apabila belum mengetahuinya, maka segeralah
mempelajarinya.
Kita tidak bisa menunda-nunda
lagi untuk mengamalkan Al
Qur'an. Mengamalkan itu tidak sekedar dibaca dan dihafalkan atau dibuat
perlombaan apik-apikan baca.
Mengamalkan Al Qur'an itu harus
disertai laku tirakat, men 'sucikan hati' dengan innalillahi wa inna ilaihi roji'un, semua hal harus dikembalikan
lagi kepada yang telah menurunkan wahyu, kita pasrahkan hidup kepada NYA,
memohon agar Allah ridho membimbing menuntun hidup kita. Dan.. perlu diingat,
jika tanpa dilandasi dengan melakukan tirakat puasa pada hari senin dan kamis,
bisa dipastikan Allah swt tidak akan berkenan membuka tabir-tabir Nya.
Mengenai
manfaat laku tirakat.
Dalam hal manfaat, yang
merasakan buahnya bukan hanya diri kita sendiri. Laku tirakat itu manfaatnya
juga harus bisa dirasakan oleh anak dan istri serta keturunan kita
nantinya.
Untuk itu pasrahkanlah hidup kita ini kepada Nya
kemudian sertailah dengan ketaatan kita dalam menjalani tirakat; perbanyak
sholat sunah; mengeluarkan zakat; jalanilah dengan ikhlas, yakin, maka kehidupan
di masa depan akan ditata oleh Nya, Allah swt akan mengatur dan mengurus
semuanya.
Itulah perjalanan mengamalkan
Al Qur'an yang saya alami didalam kehidupan ini, sekarang saya sudah merasa
lebih tenang, semua menjadi lebih tertata tanpa harus mengaturnya, kehidupan
rumah tanggapun semakin ayem tentrem.
Semuanya adalah berkat ridho'
Nya. Hikmah dari menjalani laku tirakat yang sungguh luar biasa ; bahwa dengan
melakukan laku tirakat (puasa senin kamis) semakin lama akan terjadi semacam links ghaib antara kawula dengan Gusti,
hal ini pastinya merupakan buah
dari laku tirakat yang
terbangun secara otomatis.
Demikianlah pengalaman
mengamalkan Al Quran didalam kehidupan, karena sesungguhnya hidup ini adalah
mengalir seperti air, kita hanya berjalan mengikuti takdir yang telah
ditentukan oleh Allah s.w.t.
tetap sehat bersemangat dan
selalu taat
terima kasih.
(foto:Al Qur'an dari google
images)
1 komentar:
Pesan pentingnya adalah bahwa hakikat itu mutlak ilmu dari Allah swt yang hanya bisa didapatkan jika seseorang telah menjalani laku tirakat, pasrah diri dengan keikhlasan hati yang dalam untuk hanya bergantung kepada Allah swt.
Selamat menjalani, semoga bisa menemukan hakikat yang dimaksudkan.
AJA PERCAYA YEN ORA NYATA !!!
Posting Komentar