Selasa, 26 Juli 2011

Buku Tasawuf itu bukan komik

Era tahun 70-an sepertinya memang masanya komik; tempat persewaan komik mblader (ada dimana-mana), segala macam komik tersedia komplit dan sangat mudah didapatkan, apa itu komik bergambar seperti serial Gundala putra petir, Godam, Tintin ataukah komik non gambar seperti cerita silat Api di bukit Menorehnya SH Mintaredja hingga komik laris manis cerita silatnya Kho Ping Hoe.  Semuanya dengan mudah bisa didapatkan.


Selain emang lagi masanya, mungkin karena sewanya murah kali ya... hampir semua anak-anak sekolah pada masa itu gandrung komik.


Sebaliknya bagi para orang tua, kebanyakan dari beliau-beliau para ortu memang rada anti komik. 
Sebenarnya kalau dinalar alasan ortu masuk akal juga sih, beliau mengkhawatirkan anak-anak lebih gemar baca komik daripada baca buku pelajaran. Selain itu, mungkin karena uang nyewa komiknya pakai uang jajan. Sehingga beliau bilang, uang jajan tidak sesuai dengan peruntukannya... (wihh.. kayak kasus korupsi aja ya...). Jadi kalo ketahuan ortu, bisa-bisa 7 hari gak dikasih uang jajan, hehehe....ampiuun !


Apa yang terjadi? adalah sebuah suasana ketidak nyamanan bagi anak-anak. 
Pertama karena untuk menyewa komik harus ngumpet-ngumpet; Yang kedua, untuk membacanya harus ngumpet2 juga.  waahhh.. cape deh !
Biasanya sepulang sekolah kita sempatkan baca komik, alasan main sama anak tetangga, kemudian baca rame-rame sambil ngumpet; sehabis itu trus main perang-perangan. Yah cuman main seru-seruan gitu aja.. lucunya... semua ingin jadi jagoannya. 


Saya seneng banget kalau ngebayangin jadi sang jagoan, kayaknya menjadi "sesuatu" banget gitu loh, bayangin aja.. jagoan itu biasanya menjadi penolong kaum tertindas yang hueebat banget dan gak pernah kalah, selebihnya karena sang jagoan selalu punya pacar cantik... hmmm.


Mungkin karena masih anak-anak, masih ababil,  kadang agak sulit juga melepas karakter sang jagoan dari pikiran, sehingga kebawa terus dalam pergaulan sehari-hari bahkan sampai ke alam mimpi. Mengkhayal tentang "sesuatu" emang amat menyenangkan, selesai membaca komik silat rasanya saya sudah jadi sang jagoan, karena saya tidak perlu berguru atau harus tekun berlatih.. tinggal nyari komik, dibaca, dan....... sim salabim.. jadilah aku sang jagoan tak terkalahkan.


Fenomena pembaca komik (..ialah langsung merasa bisa).


Fenomena diatas bisa makin banyak terjadi akibat perkembangan teknologi informasi multi media yang begitu cepat; dan masyarakat sangat mudah mengakses informasi dari semua media online yang tersedia. Tinggal buka komputer, klik mbah google, dll.. ketemulah  yang dicarinya.


Sementara itu media cetak juga semakin bebas menerbitkan buku sehingga di toko buku semakin lengkap tersajikan, kajian apa saja tersedia dan mudah diperoleh. Kitab-kitab yang dulu sempat dianggap tabu seperti kitab manunggaling kawula Gusti, Syeh Siti Jenar misalnya, kini sudah marak diterbitkan oleh beberapa penulis lengkap dengan ulasan dan kajian dari penyuntingnya. 
Animo dan antusiasisme masyarakat, dapat dilihat dan diukur dari buku_buku best seller yang ada. Diantaranya banyak buku tasawuf yang ada di pasaran, beberapa menjadi best seller. Buku-buku tentang Syeh Siti Jenar menjadi buruan para kutu buku dan para pencari Tuhan.




Hal yang saya sebutkan diatas adalah salah satu penyebab semakin banyak orang yang berminat untuk mengenal dan mempelajari tasawuf.
Apakah hal ini diakibatkan masyarakat yang terkondisi oleh keadaan jaman yang semakin tak menentu; juga pola pikir masyarakat yang kian kritis dalam menyikapi problematika kehidupan bernegara dan bermasyarakat sehingga mereka berupaya untuk mencari "jalan tengah", sebuah solusi alternatif terbaik yakni dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar kehidupannya mendapatkan berkah kedamaian. 


Ataukah sudah tiba waktunya umat dibuka matanya oleh Allah swt untuk melihat kebenaran hakiki diantara berbagai kasus yang terjadi di negara tercinta.


Tapi dibalik semua itu, kenapa saya malah mengkhawatirkan para pembaca buku tasawuf. Semoga saja para pembacanya tidak terjangkiti fenomena para pembaca komik yang hanya dengan membaca, mereka sudah menjadi "sesuatu", sudah menjadi sang pendekar dalam cerita komik.

Singkatnya, saya mengharapkan bahwa dalam mempelajari tasawuf tidak cukup dengan hanya membacanya bukunya saja. Ibaratnya (jika hanya dibaca..) yang anda dapatkan hanyalah kulitnya saja. Oleh karena itu, mau tidak mau, anda harus punya pembimbing spiritual. Jadi tidak boleh hanya dibaca, memahami tasawuf itu harus praktek, harus dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Semoga para pembaca tasawuf mahfum adanya

Mempelajari tasawuf itu dapat saya ibaratkan seperti orang mempelajari anatomi tubuh. Ketika pertama kali melihat obyeknya, anda hanya melihat tubuh yang berbalut kulit. Apabila tidak melakukan pembedahan (tanpa praktek), alhasil kita semua tidak bisa mengetahui ada berapa lapisan yang terdapat dibawah kulit. 

Fakta diatas sering loh.. dijumpai dalam lingkup sekitar kita, banyak tuh orang-orang yang telah "merasa" paham tasawuf hanya dari membaca buku/literatur tanpa praktek dalam kehidupan sehari-harinya.
Sejatinya ada tahapan-tahapan awal yang harus dijalani dalam rangka mendapatkan pemahaman tasawuf yang hakiki, sebagaimana saya sarikan dalam page diatas. (lihat : Lelaku) Yang diutamakan adalah laku tirakat pasrah diri kepada Allah swt.

Satu hal lagi yang penting, sesungguhnya dalam memahami tasawuf, diperlukan kecerdasan spiritual yang cukup, sebuah paradigma berpikir, sikap dan pembuktian atas kehidupan dari para pelakunya yang selalu mengamati, melakukan pembelajaran dari kehidupan yang dialami dan meyakini bahwa semua yang terjadi di dalam kehidupannya ini hakikatnya adalah atas kehendak Tuhan semata.  Para pelaku tasawuf sesungguhnya hanya mengabdi kepada Allah swt. 


Untuk menjalani kehidupan seperti diatas memang tidak mudah dan tidak pula sulit, memang ketika masih dalam proses pematangan diperlukan kemerdekaan batiniah yang terbebas dari tuntutan hidup keduniawian. Apalagi jika masih terbiasa menggunakan akal pikir, memang terasa agak sulit memahami tahapan-tahapan :
  • tentang keyakinan, yang sebenar-benarnya beriman itu bagaimana
  • tentang kebersihan hati,  yang dimaksud hati bersih itu seperti apa.
Hal-hal diatas tentu tidak bisa dinalar menggunakan logika. Karena hal itu mengenai rasa hati, nurani atau kalbu, tempat dimana kebenaran hakiki berada.
 
Dan sejatinya tidak ada yang sulit jika kita selalu berupaya konsisten menyucikan hati dengan membebaskan hati dari tuntutan duniawi dengan pasrah-sepasrah-pasrahnya kepada Allah swt. Oleh karenanya lakukanlah tirakat, (lihat : Lelaku Islam Jawa/Tirakat) agar Allah swt ridho membuka tabir ghaib NYA serta berkenan memberi bimbingan dan tuntunan kepada kita.

Tetap sehat, bersemangat dan selalu taat.
Terima kasih.

(Foto Gundala dari Google Images)

Tidak ada komentar: