Senin, 31 Mei 2010

PARADIGMA BARU

Di pengajian umum seperti acara maulid nabi Muhammad saw,  seringkali kita mendengarkan ceramah pak ustadz atau mbah kyai seperti ini...
"kanjeng nabi sifatnya pasti bagus, dia adalah manusia pilihan"  
"gak koyo awake dewe iki"  
"kados njeng nabi niku abot nopo mboten  pak, buk?!"  
"kita tidak akan bisa spt beliau, krn beliau dipilih Allah" 
"shg, beliau diberi sifat yg baik agar menjadi contoh bagi kita semua"
Selalu terngiang di telinga bahwa seorang nabi adalah manusia pilihan dan bukan  manusia biasa sehingga kita harus puas dengan di justifikasi bahwa kita boro-boro menjadi nabi, mendekati sifat nabi saja bisa dipastikan sudah tidak bisa. 
Kata pak ustadz dan mbah kyai, sebagai manusia biasa, manusia tidak diberi keistimewaan babar blas. 


Yang membedakannya lagi, kata mbah kyai, dimasa kecilnya hati beliau telah dibersihkan oleh Allah swt lewat malaikat jibril oleh karenanya beliau memiliki sifat yang jujur dan selalu memegang teguh amanah. Warga Mekkah mmemberinya gelar sebagai  Al-Amin yang berarti  dapat dipercaya.
Sifat-sifat yang lain dari beliau adalah beliau juga baik hati, sopan, lemah lembut, tidak pernah berkata kasar.. dll... dan sepertinya nabi Muhammad itu lebih mirip orang Jawa bila dibandingkan dengan orang Quraisy.


Cerita pak ustadz itu bener... tapi komentarnya saja yang gak cocok sama nalar.  Terus terang.. logika saya tidak bisa  menerimanya.


Sebenernya, gimana sih logikanya boss...?

Menurut saya.. sebelum mendapatkan derajat kenabiannya.. seorang nabi itu asalnya manusia biasa juga. Sama seperti saya, anda dan handai taulan itu toh.. Tetapi kenapa pak ustadz bilang,  kalau kita ga bisa dan abot (berat)? (dalam hal mengikuti jejak nabi)
Perasaan itu teruuus saja ngganjel di hati.. sampai-sampai terbawa-bawa didalam mimpi.. didalam mimpi saya.. Allah itu tidak membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya..


Jika Dia yang Maha Kuasa.. pasti tidak akan ada yang  menghalangi kehendakNYA dalam  memilih siapapun menjadi seorang nabi.. tidak ada seorangpun yang bisa melarang Nya. 
Jika Dia yang Maha Adil.. siapapun manusianya pasti diperlakukan sama oleh NYA. Lalu...  pertanyaannya adalah, "Apa dan dimana letak barometer yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya?"


Sekali lagi mohon maaf nih, lagi-lagi saya mikirnya diluar patroon.. Jadi saya selalu beranggapan  bahwa segala sesuatu di dunia itu selalu dan akan selalu mungkin terjadi jika  ALLAH sudah menghendakinya. 
Namun apa dapat dikata saat saya tanya ke pak ustadz, 
  • "Bagaimana kalau Allah menghendaki saya menjadi nabi, bisakah..? 
  • "Bisa.. bisaaaa... bisaaaaaa  !!!    huahaha....jawab pak ustad  sambil menahan tawanya
Memangnya pertanyaan saya kelihatannya aneh yaa..
Mungkin pak ustadz  melupakan sejarah Rasulullah diawal kenabiannya. Di suatu tempat di Jazirah Arab pada masa jahiliyah. Ada seorang laki-laki berumur 40th bernama Muhammad yang mengaku sebagai utusan Allah, Tuhan yang satu.
La illaha ilallah, sedangkan kepercayaan warga masyarakat di Mekah saat itu adalah penyembah berhala...   
Untuk kondisi masyarakat yang seperti ini, menurut anda, kira-kira Muhammad ini dianggap aneh tidak ya.. ? 


Pada akhirnya.. 
Itulah penyebab yang membuat saya ter-motivasi untuk mencari jawaban. Demi memuaskan rasa ingin tahu, saya terus mencari dan mencari, sebuah paradigma baru tentang ke Maha Adil an dari Allah Yang Maha Kuasa... yang tentu akan memperlakukan sama terhadap  hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada NYA. Semoga saya bisa seutuhnya melakukan pasrah diri kepada NYA. 
Langkah selanjutnya adalah pasang mata dan telinga untuk belajar mendengarkan perkataan orang lain dengan tidak melihat siapa yang bicara tapi mendengarkan apa yang dibicarakannya. 
Dan... yang paling penting adalah selalu berupaya dengan sungguh-sungguh membersihkan hati.


akhir kata tetep sehat bersemangat dan selalu taat
terima kasih.


(Foto:pengajian dari google images)

Tidak ada komentar: