Selasa, 15 Februari 2011

Antara Rencana Manusia dan Keputusan Tuhan



Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang leader, sebagai seorang pemimpin terhadap dirinya sehingga beranggapan bahwa yang menentukan masa depannya adalah dirinya sendiri.

Anggapan tersebut dilandasi pengertian bahwa keberhasilan dari perjuangan menentukan masa depan seseorang adalah buah dari kedisiplinan, keuletan serta kegigihannya dalam meraih kesuksesan; dan sedikit kontribusi dari faktor spiritual, karena ia rajin berdoa  kepada Tuhan..

Pernyataan diatas, tidaklah salah, karena memang demikianlah pola-pola manusia menjalani kehidupannya.  Coba kita perhatikan hal tersebut dengan hati yang lebih mendalam..   

Peran Tuhan disitu dapat diartikan bukan sebagai penentu masa depannya. Tuhan bukan pula yang men”takdir”kan terjadi seperti itu.
Padahal faktanya, doa-doa yang dipanjatkan justru menyuruh Tuhan agar berkenan memberi restu atas apa yang diupayakannya.  

Dalam hati sering timbul pertanyaan, 
Siapakah sih Yang Maha Kuasa itu? Mengapa manusia selalu menyuruh-nyuruhnya?
Bukankah kita ketahui bersama bahwa “manusia berusaha dan Tuhan yang menentukan”.

Sesungguhnya, Alam semesta beserta seluruh isinya tunduk dan taat kepada Tuhan, setiap detik seluruhnya bertasbih kepada Allah swt.
Subhanallah...!

Pada hakikatnya, manusia adalah bagian dari alam semesta, hanya taat dan patuh kepada Allah swt. Dan sudah sepatutnya jika manusia selalu bertasbih dalam hatinya seiring keluarnya nafas sebagai ungkapan rasa bersyukur kepada Allah swt atas limpahan rahmat yang telah diberikan. 

Akan tetapi seringkali dengan tanpa sadar, sesungguhnya dengan doa-doa yang dipanjatkan itu kita malahan mengurangi peran Tuhan ; dan kita juga tidak pernah sekalipun pasrahkan diri kepada Tuhan agar DIA berkenan mengatur hidup kita.  

Apa sebenarnya yang terjadi?
Apakah karena selama ini hati selalu sesak dijejali keinginan-keinginan dan pikiran hanya diisi rencana-rencana yang bersifat tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup?
Tahukah akibatnya? Hati nurani menjadi tidak berfungsi, sehingga kita tidak bisa merasakan keberadaan NYA. Hati kita menjadi mati. 
Kita tidak akan pernah bisa mengetahui bahwa sesungguhnya DIA selalu ada untuk  hambanya yang taat, yang setiap saat di hatinya selalu mengingat Allah swt.

Akan tetapi... 
Namanya manusia, pasti akan ingat Tuhannya ketika ditimpa masalah; baik itu masalah di pekerjaannya atau masalah penyakit yang tiba-tiba menyerangnya; dan pada saat tetangganya ada yang meninggal, kita juga mengucapkan :
Innalillahi wa innailaihi roji'un.
dari Allah dan kembali kepada Allah

Ilustrasi diatas merupakan peristiwa yang sering dijumpai di lingkungan kita.

Sesungguhnya semua hal yang terjadi di alam semesta adalah atas kehendak Allah swt.  Kejadian apapun hakikatnya adalah atas kehendak NYA. DIA lah yang menentukan takdir dan kodrat.

Jadi, silahkan anda merencanakan sesuatu, akan tetapi siapkan hati anda dan pahamilah bahwa keberhasilan anda bukanlah semata atas hasil usaha anda sendiri.

karena...
Disitu Tuhan sedang memperjalankan anda didalam keberhasilan itu. 

Hakikatnya, anda harus instrospeksi diri..
apakah didalam mencapai keberhasilan itu anda berlaku penuh kejujuran dan keikhlasan, dan memang murni berasal dari dorongan hati yang bening? sehingga menjadi pantas disebutkan bahwa keberhasilan anda adalah semata-mata merupakan hadiah dari Tuhan. 

Ataukah hasil dari usaha yang sangat keras, sehingga untuk meraihnya anda harus menghalalkan segala cara?
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan itu merupakan hasil dari sebuah usaha yang dimotori oleh dorongan nafsu/ambisi.

Jawaban dari pertanyaan diatas tergantung pada anda yang menjalaninya.
Karena keputusan memilih yang benar-benar baik sangat tergantung kepada hati nurani masing-masing didalam memberikan penilaian terhadap manfaat dan mudharatnya.

Hakikatnya, keberadaan shiratal mustaqim adalah di dunia ini bukan di akhirat nanti. 

Karena dunia ini adalah tempat ujian bagi manusia didalam menentukan pilihan hidupnya. Pilihan untuk menjalani kehidupan dengan berperilaku baik, mengikuti kata hati, hati nurani atau... menjalani kehidupan dengan mengikuti hawa nafsu keduniawian, yang dipenuhi ambisi untuk mencapai tujuan.

Masalah yang lain adalah manusia tidak bisa mengukur sendiri tingkat ketaatannya kepada Sang Pencipta, Allah swt.

Akan tetapi... Walaupun demikian adanya...
urip iku ngundhuh wohing pakarti.. manusia bisa merasakan bahwa sesungguhnya apa yang dihadapi didalam kehidupan di dunia ini adalah berbanding lurus dengan perilaku/akhlak/moral manusia itu sendiri.

Pada akhirnya...
saya hanya ingin mengatakan bahwa didalam menjalani kehidupan, 
  1. Untuk urusan duniawi, gunakanlah ilmu air. Biarkan usaha-usaha produksi anda mengalir mengikuti alur-alur yang memungkinkan untuk dilewati dengan sendirinya tanpa direncanakan.
  2. Selalu ber-Ihtiar/berusaha secara vertikal. Adalah pasrah diri kepada Allah swt dengan melakukan tirakat (puasa senin  kamis), mengerjakan ibadah (sholat wajib,sholat sunah), serta 
  3. Mengeluarkan zakat.
Jika hal tersebut diatas dilakukan dengan keikhlasan hati, anda pasti akan merasakan manfaatnya.  Ayem tentrem serta kedamaian yang selalu lekat di hati. Subhanallah !  

tetap sehat, bersemangat dan selalu taat. 
terima kasih. Wassalam

1 komentar:

Mas Bb mengatakan...

Artikel diatas menunjukkan bahwa didalam pemahaman hakikat, segala sesuatu yang terjadi di kehidupan ini adalah atas kehendak Allah swt semata.
Dan oleh karenanya apapun yang terjadi dan sedang diperlihatkan kepada kita haruslah kita kembalikan lagi kepada Allah swt yang Maha Kuasa atas alam semesta ini. Innalillahi wa innailaihi roji'un (Dari Allah dan kembali kepada Allah).

Untuk akal pikiran, pergunakanlah untuk memikiran kuasa dan kebesaran Allah swt dari apa-apa yang telah diciptakan NYA. Agar akal pikiran kosong dari urusan duniawi dan hanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran tentang Allah swt saja.

Sedangkan untuk urusan duniawi pakailah hati nurani agar bisa merasakan dan melihat serta menangkap pesan-pesan dari Allah swt yang disamarkan kedalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaaannya adalah "bagaimanakah caranya agar bisa mempergunakan hati nurani untuk melihat dan merasakan serta menangkap adanya suatu pesan dari Allah swt"

Untuk itu lakukanlah tirakat, mendekatkan diri seutuhnya (kaffah) kepada Allah swt.(tag: Laku Islam Jawa/Tirakat)