Kamis, 28 April 2011

Memilih Masuk Surga.

Mengenal Jati Diri
Hakikat mengenal jati diri adalah tentang perjalanan panjang pemuasan dahaga seorang hamba untuk mendapatkan pengakuan penghambaannya dari Yang Maha Kuasa. Yang menarik dari perjalanan ini, ketika masih mencari arah menuju jalan keberadaan kebenaran yang penuh cinta kasih. Energi yang senantiasa berkobar membakar semangat didalam jiwa yang senantiasa terus terbarukan bagai sebuah pelita, yang abadi, terus menyala sepanjang hayat dikandung badan.

Bukan hanya saya saja yang kepingin masuk surga. Namun saya juga yakin seribu persen orang muslim pasti menginginkannya. Untuk tujuan yang sangat mulia itu, saya mencoba melihat kondisi aktual kita saat ini dan mencatat adanya berbagai ihtiyar yang dilakukan rekan muslim, para ihwan dalam mempersiapkan dirinya.


Ada ihwan yang melakukan studi dari berbagai literatur yang tersedia; ada yang dengan semangat pragmatisnya melakukan anjangsana ke tempat para sesepuh, sowan ke para kyai khos; kemudian juga ada yang melakukan ziarah ke makam para auliya'. Tujuannya adalah untuk mendapatkan barokah ilmu, harapannya agar lebih cepat mencapai tujuan.

Nah.. yang rejekinya bagus, tiap bulan ramadhan mereka pergi ke Mekah untuk menjalani ibadah puasa disana. Katanya sih.. selain di Makkah lebih afdol, katanya jika berada di Makkah ibadahnya bisa lebih khusyu' dan barokah. (benarkah???)


Dari Al Qur'an surat Adz Dzaariyaat ayat 56 :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembah kepada-Ku

Sungguhpun demikian, sudah melakukan banyak cara dan upaya dalam perjalanan panjang itu.. alih-alih bisa memahami makna hakikat dari ayat tersebut, bahkan hanya untuk merangkai satu titik menjadi hurufpun masih belum mengerti.

Berbicara tentang huruf, saya teringat perkataan seorang kyai, teman saya, pernah diwejang kakeknya, bahwa orang mengaji itu ada 2 macam, yaitu orang yang mengaji huruf "cilik” dan orang yang mengaji huruf "gede” .  
  • Mengaji huruf cilik, artinya mengaji huruf kecil. Adalah perjuangan seseorang mendapatkan pemahamannya dengan membaca berbagai kitab, siapapun yang mengerti huruf Arab pasti bisa melaksanakannnya dengan membaca kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab.
  • Mengaji huruf gede, artinya mengaji huruf besar. Adalah perjuangan seseorang dalam mendapatkan pemahaman hakikat. Bagaimana caranya agar bisa membaca pesan langit, bisa menangkap hikmah/pesan yang disampaikan oleh Allah swt kepada kita dari melihat peristiwa yang terjadi atau peristiwa yang dihadirkan dihadapan mata di kehidupan sehari-hari untuk ditelaah hikmah/pesan yang hendak disampaikan kepada kita.

Perihal mengaji kitab.
Sesungguhnya mengaji kitab suci Al Qur'an adalah mempelajari tentang hati nurani, adalah belajar tentang menjaga kebeningan hati; adalah belajar memahami tentang akhlak, aturan, tata krama, etika, moral untuk mendapatkan tuntunan berperilaku dan berbudi pekerti yang sesuai Al Qur'an. Tujuannya hanya satu, mendapatkan kesempurnaan hidup. 
Dengan menjaga hati nurani agar tetap bersih bening dan suci, tentu pada saatnya Allah swt akan berkenan memberikan tuntunan dan bimbingan langsung ke dalam hati hamba-hamba Nya yang patuh.
Sebagaimana lazimnya dipahami bahwa pada hakikatnya hati nurani orang beriman adalah rumah Allah (qalbu mu'minin baitullah).



Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya hati nuranilah yang nantinya akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia. 
Maka Hati nurani memegang peranan sangat penting dalam menyelamatkan manusia menjalani kehidupannya di dunia hingga keselamatannya di akhirat kelak. 


Rahasia Hati / kalbu
Sebuah hadits mengatakan: “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya” (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu). 


Rasanya sudah umum jika menjadi inspirasi utama bagi para pencari Tuhan. Saya yakin kalau para ihwan telah pernah membaca hadits diatas berulang kali. Disamping itu saya juga bersyukur apabila para ihwan pernah merenungkannya, mencari memahami makna hakiki yang tersirat. 
Dan siapapun yang pernah merenungkannya, tentu akan menggali lebih dalam, pengenalan diri seperti apakah yang mampu menghantarkan kita kepada NYA.


Pengkajian tentang hati nurani memang masih sebatas menggunakan penalaran logika saja. dikaji dengan kemampuan intelektualitas yang tinggi, dengan daya nalar yang baik dan berharap bisa menguraikan makna yang tersirat.
Hasil penalaran itu layaknya merangkai buah pemikiran sufi yang satu dengan buah pemikiran sufi yang lain, yang mempelajarinya akan mencari pembenaran dari dalil-dalil yang dikajinya. Bagaimana jika dibaca oleh orang awam, mereka  pasti akan mengira bahwa itulah kebenaran.

Oleh karenanya, jika metode perenungan atau pengkajiannya hanya menggunakan penalaran logika, maka dengan tanpa mengurangi rasa hormat, pasti hasilnya pasti tidak valid. Karena subtansi yang dimaksudkan masih belum tersentuh.  
Dalam konteks ini, sesungguhnya penalaran dengan logika sudah tidak diperlukan lagi. Mengapa? Didalam dimensi illahiyah, dalam alam lahut, hanya Allah swt serta mahluk yang dikehendaki NYA saja yang mengetahuinya. 

Bagaimana agar bisa memahaminya?
Dalam pandangan Islam Jawa Kasunyatane Urip, uraian kenali dirimu dalam hadits diatas dimaknai sebagai kenalilah hati nuranimu ; hati itulah yang kelak akan mempertanggung jawabkan perilaku manusia di dunia ; hati itulah yang bisa membedakan baik dan buruk, tempat benar dan salah ; di hati itu jualah, tempat pahala dan dosa berpadu (terdapat dalam lirik lagu Bimbo, Tuhan); hakikatnya hati adalah kunci seseorang akan dimasukkan kedalam surga atau neraka. Karena hati adalah sumber utama dari perilaku, akhlak atau moral.

Jadi tentang hadits diatas, 
jika memaknainya, lakukan bermunajat kepada Allah swt; pasrah diri kepadaNya, hingga Allah berkenan membuka rasa hati yang paling dalam. 
Kemudian anda akan mengetahui sifat-sifat yang anda miliki itu seperti apa; adakah didalam diri anda sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt? samakah? atau berbedakah? 
Sesungguhnya sifat-sifat Allah swt tidak hanya terbatas pada sifat 20 yang sudah dikenal. Allah swt juga memiliki semua sifat yang dimiliki oleh mahluk-mahlukNya, termasuk sifat-sifat manusia.

Bagi siapapun yang ingin berjiwa besar, maka berusahalah memiliki walau sedikit, bahkan jika hanya sebesar debu dari sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt. 
Selain agar anda bisa merasakan dimensi illahiyah dalam diri anda; anda juga bisa belajar menggunakan rasa hati untuk lebih bisa memahami sifat-sifat Allah dari apa-apa yang diciptakan NYA

Sekali lagi pergunakanlah hati nurani, jangan menggunakan nalar...!!!

Yang harus dipahami.
Kedudukan manusia dimata Allah swt adalah sebagai kawula, hamba, sehingga tempat manusia yang layak ialah berada di kaki NYA (ing ngarsane Gusti Allah). Apapun yang terjadi, sejatinya seorang kawula tidak patut meminta (kudu nrimo ing pandum); ia hanya menunggu perintah (nyadhong dhawuh).

Kemudian harus dipahami bahwa sesungguhnya Allah swt hanya menerima hamba-hamba-Nya yang secara kaffah (totalitas) berserah diri kepada NYA, dan dengan sebenar-benarnya taat kepada NYA (tawakkal), menjaga kesuciannya (wara'). Sehingga hidupnya adalah untuk mengabdi  dan pasrah sepasrah-pasrahnya.
Apabila hidup telah dipasrahkan kepada Allah swt, maka segala perbuatan yang anda lakukan adalah harus berdasar kepada petunjuk-petunjuk yang diberikan langsung oleh Allah swt.

Disinilah letak handycap nya, bagaimanakah caranya? 
Jadi, ketika seseorang ingin berserah diri kepada Allah swt, ia harus melakukan laku  (lihat postingan, Laku Tirakat). 
Mengapa demikian? 
Karena pada hakikatnya, Allah swt hanya berkenan membimbing dan memberi tuntunan dalam mengarungi kehidupan di dunia hingga akhirat hanya kepada hamba-hamba yang melakukan tirakat saja.

Melalui sarana tirakat ini, ilmu-ilmu hakikat diberikan langsung dari pangkuan Allah, (ilmu ladunni);juga diberikan pembelajaran pemahaman petunjuk yang disampaikan melalui mimpi atau disampaikan berupa petunjuk langsung yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (disebut ngaji huruf gede).
Buah yang bisa dipetik adalah suatu kemampuan yang anda sendiri tidak tahu datangnya darimana tahu-tahu bisa mengetahui bagaimana caranya menjalani kehidupan di dunia hingga menghantarkan diri anda bisa selamat hingga di akhirat.

Tirakat adalah kunci keridhoh'an Allah swt memberikan bimbingan dan tuntunan kepada anda, agar anda tetap berada di jalan NYA.
Itulah sebabnya, mengapa selama hayat dikandung badan kita harus senantiasa melakukan tirakat.

Pada akhirnya, Allah swt telah menurunkan Al Qur'an sebagai kitab pedoman hidup di dunia, siapapun yang mau mengikuti dengan benar dan seutuhnya maka ia akan selamat hingga mencapai akhirat. Namun semua itu dipulangkan kembali kepada yang menjalaninya, jalan hidup mana yang hendak dipilihnya.

Jadi hakikatnya, hidup adalah sebuah pilihan, adalah jembatan shirratal mustaqim, apakah seseorang itu akan selamat dan masuk surga ataukah terjegal dan masuk neraka. Sesungguhnya surga atau neraka itu adalah pilihannya sendiri. 
Kalau saya... tentu saja memilih masuk surga !!!


Tetep sehat, tetep semangat dan selalu taat.

Tidak ada komentar: