Senin, 26 November 2012

Ihtiyar atau Nrimo ing Pandum

Pendahuluan.
Membandingkan dua kata tersebut diatas, antara ihtiyar dengan nrimo, terkesan seperti membandingkan antara bumi dengan langit. Tidak ada kesamaannya babar blas
Bahkan jika  dilihat dari sisi ekonomisnya. Yang satu, ihtiyar bermakna kata sebuah upaya, bekerja, berusaha, berjuang, ada semangat, ada kemauan diri, suatu upaya guna memperoleh “penghasilan".

Sedangkan kata nrimo, yang bermakna menerima, merupakan kebalikan dari ihtiyar. Sehingga kalimat nrimo ing pandum lebih dimaknai kepada kepasrahan, lemah, loyo, tidak bersemangat, tak berdaya. seperti tidak berusaha dan hanya menunggu apa adanya.

Dari artinya, sepintas memang dirasa kontradiktif, berlawanan. Berusaha dengan menerima, adalah dua hal yang berbeda.
Saya pernah menyarankan ke beberapa teman yang bertanya tentang bagaimana memperoleh rejeki yang halal dan baik agar menganut falsafah nrimo ing pandum, mereka malah skeptis, dan balik bertanya, "Mas, hari gini, nrimo ing pandum?.. gak kebagian kerjaan Mas"

Apa saya salah memahami ya (?). Katanya, Pola hidup ini dianggap usang, sudah tidak sesuai lagi dengan jaman kini yang serba cepat dan instan. 

Apa benar jika orang menuding bahwa pola hidup nrimo ing pandum dianggap sebagai pola hidupnya si pemalas yang inginnya punya banyak waktu luang untuk bersantai, gak kepengin maju.

Apa karena jamannya(?) dimasa kini orang lebih senang berihtiyar mengikuti arahan konsultan bisnis untuk ekspansi pasar membangun gurita bisnis. Pahamnya adalah "lebih banyak, lebih baik" (more is better).

Jika dibandingkan dengan nrimo ing pandum, memang seperti kebalikannya. Sehingga di Barat mulai muncul paham minimalis, less is better yang kurang lebihnya dianggap mirip nrimo ing pandum. Padahal sejatinya sangat berbeda. 

Lalu manakah yang seharusnya kita lakukan...
Pandangan khalayak memang tidak bisa dinafikan. Pandangan yang umum dilakukan masyarakat awam, identik dengan kaidah normatif masyarakat yang berlaku pada masanya. Norma ini berdasarkan pada kebiasaan yang  turun temurun dan terkadang juga tidak menyentuh esensinya, hakikatnya. Hanya mengacu pada apa yang terlihat dari kulitnya saja.

Secara normatif, setiap manusia harus bekerja memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Apakah dengan memanfaatkan akal pikiran dan tenaga. Bahkan bilamana dirasa perlu, dipakailah bumbu penyedap yang namanya strategi untuk memperoleh laba sebanyak mungkin.

Kaidah Hakikat.
Dalam kaidah hakikat, semua hal dipahami langsung menukik ke jantungnya. Disini tidak ada basa-basi. Karena dalam pemahaman hakikat, semua hal di kehidupan harus selalu dikaitkan dengan kuasa Allah. 
Bahwa semua kejadian di muka bumi baik berupa bencana alam atau perjalalanan hidup seseorang... kejadiannya adalah mutlak.. atas kehendak dan sepengetahuan Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa.

  • Al Hadiid 22 : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 

Sehingga Ihtiyar yang dimaksudkan diatas, dalam pandangan hakikat diartikan sebagai kemauan yang kuat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Prioritas utama Ihtiyar nya adalah demi keselamatan dunia akhirat.

Perbedaan Pengertian.
Pada prinsipnya terdapat perbedaan yang signifikan antara ihtiyar dalam pengertian umum dengan ihtiyar dalam pengertian hakikat.

Dalam pengertian umum ihtiyar berarti usaha atau kemauan untuk melakukan kegiatan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan ihtiyar dalam pengertian hakikat adalah usaha atau kemauan yang kuat untuk melakukan pendekatan diri kepada sang Pencipta, Allah swt

Dalam pengertian umum, ihtiyar dipahami sebagai upaya horisontal. 
Sebagai contoh, ada seorang pengusaha sedang berihtiyar untuk mendapatkan proyek. Tahukah anda apa yang akan dilakukannya? 
Pertama, mencari informasi sebanyak-banyaknya, mengunjungi kantor-kantor, melobby sang Kepala, meminta info peluang usaha yang bisa di prospek. Andai cocok, berapa fee yang harus dibayarkan, dst,dst. 
Pokoknya proyek tersebut harus bisa didapatkan. Seorang pengusaha tujuannya hanya satu, bagaimana caranya mendapat kemudahan agar tercapai kesepakatan. 
Walhasil apa yang terjadi? Silaturahim ini pada ujungnya menjadi lobby kepentingan,  menjadi ajang membangun kongkalikong bagi-bagi proyek, dsb. 

Contoh lain ihtiyar secara horisontal. 
Masyarakat di Jawa pada umunya memahami pepatah “angger gelem ceker yo mesti entuk pangan” (jika mau berusaha pasti bisa makan).
Jadi untuk mencari nafkah manusia harus "ceker" berupaya dengan akal, tenaga dan keahliannya melakukan suatu kegiatan ekonomi. 
Paparan diatas adalah gambaran secara syariat bahwa dalam bekerja manusia menggunakan potensi yang dimilikinya (horisontal)

Dalam pengertian hakikat,  Ihtiyar dilakukan secara vertikal dulu. Tidak perlu melakukan lobby-lobby kesana kemari. Yang harus dilakukan adalah meminta pertolongan hanya kepada Allah swt. 
Sebagaimana QS.Al Faatihah (1.5) :
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
Sebagai contoh, lobby yang dilakukan pengamal hakikat adalah melobby langsung kepadaNYA, memperbanyak sholat sunah dan bermunajat. Kemudian jangan mengharap-harap hasilnya. Ditunggu saja dengan sabar dan penuh keyakinan jika pekerjaan itu membawa kebaikan bagi kita, pasti Allah swt akan melancarkan segala urusan dan mengirimkan beritanya. Inilah jalan Allah swt memberikan ridho'.

Di dalam ranah hakikat, anda akan diuji, diuji dan diuji sampai sejauh mana anda mampu meyakini adanya kuasa ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
QS Al Aankabut [29.2]:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Benarkah Allah swt itu nyata adanya, hingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari anda bisa merasakan kehadiran NYA, bisakah merasakan bahwa anda selalu dituntun dan dibimbing langsung oleh NYA.  
Dan apakah anda sudah mampu merasakan keberadaan NYA bersemayam didalam hati sebagaimana dikatakan bahwa qalbi mu'minin baitullah.


Nrimo ing Pandum.
Falsafah ini asli Jawa, hakikatnya merupakan sebuah "warning" yang mengingatkan kita untuk selalu dalam keadaan tawakal, berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan. 
Untuk mencapai kesadaran seperti diatas memang tidak mudah tapi juga tidak sulit. Tentu ada tahapannya, ada urutannya, ada prosesnya, tidak bisa dilakukan dengan instan, asal-asalan atau grusa-grusu (serampangan)

Pertama, lakukan penyerahan diri/pasrah total hanya kepada ALLAH SWT dalam artian anda rela menyerahkan sisa umur, mengikhlaskan seluruh hidup dan siap sedia mati kapanpun Allah menghendaki. 
Atau anda ikhlas seikhlasnya bahwa semua hal yang menyangkut pernik-pernik kehidupan, harta benda, bahkan nyawa dan anak dan istri, semuanya dipasrahkan ke haribaan Allah. Dan selebihnya hanyalah memohon bimbingan dan tuntunan Allah swt saja.

Kedua, mau atau tidak mau, suka ataupun tidak suka anda harus menjalani Laku Tirakat. sebagaimana yang telah disampaikan.
Tujuan utamanya hanya satu, agar ALLAh SWT berkenan menerima penyerahan diri kita, kemudian memberikan ridho. Semoga Allah swt juga berkenan membimbing serta menuntun di "jalan yang lurus" untuk mencapai keselamatan dunia akhirat.

Ketiga, lakukan ritualnya dengan ikhlas seikhlasnya. Jika telah tiba waktunya, para pelaku tirakat niscaya diberi NYA petunjuk, diputarkan film perjalanan hidup anda dari lahir sampai hari kematian; ditunjukkan perjalanan hidup anak dan istrinya; petunjuk tentang rejeki; pangkat dan derajatnya.  
Bimbingan diatas diturunkan Allah swt hanya kepada umatNYA yang telah berserah diri dengan tulus dan tekun untuk memilki paugeran, pedoman hidup agar tetap berada di jalanNYA.

Puasa hanya untuk Allah swt
Pada esensinya ada kesinambungan makna antara menjalani puasa Ramadhan dengan puasa dalam rangka menjalani  Laku Tirakat.
Dalam puasa Ramadhan, Allah swt memberikan dispensasi, kemudahan dan kemurahan bagi umat Nya untuk kembali ke fitrah kesucian hatinya. Puasanya diniatkan hanya untuk Allah swt, lillahi ta'ala. 
Dalam laku tirakat, hakikat puasanya merupakan kebutuhan rohani manusia agar Allah swt ridho' menjaga kesucian hati umat NYA di sepanjang waktu. Maka puasanya juga diniatkan lillahi ta'ala.

Dalam prakteknya, pasti berpuasanya lebih berat ketika menjalani laku tirakat puasa senin-kamis. Bisa jadi pada hari itu, hanya anda sendiri yang berpuasa. Tidak ada malam lailatul qadar. Tidak ada dispensasi seperti puasa Ramadhan. Pada bulan-bulan ini setannya tidak diikat, bayangkan kekuatan mereka yang "powerfull". Itulah "kasunyatane", realitanya. 
Jadi sudah lumrah dan gak heran jika para pelaku tirakat ini dalam perjalanan lakunya sampai jatuh bangun demi memperjuangkan keyakinannya. 

Para pelaku tirakat sangat dianjurkan diam, hemat ngobrol. Dalam artian seluruh panca inderanya harus didiamkan dan hanya difokuskan kedalam hati dengan selalu membaca tasbih atau surat Al Fatihah. Melafadzkan bacaan siri dalam hati terus-menerus, tidak boleh terputus, kapanpun, dimanapun dan di kesempatan apapun. 

Prakteknya ya gampang-gampang susah, yang pasti membosankan. Lha wong yang dibaca "sirri" dalam hati itu hanya tasbih dan surat Al Fatihah. 
Agar tidak bosan, membacalah tanpa target, mengalir seperti air.  Jika masih bosan juga, waspadalah. Mohon dikoreksi tingkat kepasrahan, keikhlasan, kesabaran dan keyakinan anda menjalani Laku Tirakat. 



Puncak pencapaian di tahap ini, diharapkan anda sudah haqqul yaqin bahwa semua kejadian di jagad raya atas kehendak Allah swt. Anda sudah bisa melihat dan mampu mencerna ataupun menerima setiap kejadian dengan lapang dada, legowo, sumeleh.  Inilah yang dimaksud pola hidup nrimo ing pandum.

Tips menjalani pola hidup nrimo ing pandum:
  • Selama belum bisa menerima bimbingan langsung dari NYA, usahakan luangkan waktu buat "meneng", jangan melakukan aktifitas yang tidak penting, manfaatkan waktu hanya untuk mengingat Allah swt. Mulailah dengan pasrah diri/tawakal 
  • Jangan mengeluh, bersyukurlah, syukuri apa yang ada; jalani kehidupan ini apa adanya; jalani dengan seikhlasnya. Jalani proses laku tirakatnya, perhatikan kejadian demi kejadian, pahami tahapannya, dan dapatkan makna hakikatnya.

Keistimewaan Pengamal hakikat.
Bukanlah sesuatu yang mustahil jika pengamal hakikat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bekerja dan hanya berdiam diri dirumah. Seperti pengangguran. Pekerjaan utamanya memperbanyak ibadah. Walaupun tidak bekerja, mereka tidak pernah khawatir tidak bisa makan atau tidak bisa menafkahi keluarganya. Mereka sangat yakin bahwa Allah swt yang Maha Pengatur Rejeki telah mengatur rejeki dan mencukupkan kebutuhan hidupnya.

Ciri-ciri pengamal hakikat
tidak mau berhutang, tidak menagih hutang dan tidak meminta bantuan finansial kepada sesama manusia dengan alasan apapun.  Untuk bantuan finansial, yang diijinkan hanya meminta kepada kedua orang tuanya.


Mengapa demikian?
Apabila berhutang, secara hakikat telah melanggar azas nrimo ing pandum, artinya belum bisa bersyukur. Tidak mampu melewati uji kesabaran dan uji keyakinan, tidak mampu meredam gejolak duniawi yang diujikan kepadanya. 
Pada moment ini, ia kehilangan kesempatan mengetahui kuasa Allah swt, apa yang direncanakan Allah atas dirinya lewat kejadian itu. Hakikatnya, Allah mempunyai rencana dibalik  kejadian yang menimpanya itu agar ia bisa mengambil hikmahnya. Semestinya keinginan untuk berhutang ditahan dulu sambil mengamati moment by moment, bahwasanya ada pengajaran penting apakah dari Allah swt melalui kejadian yang dihadirkan NYA ini?

Contoh riilnya sbb.. 
Suatu hari sehabis buka puasa sunah Senin, saya duduk berdua dgn salah satu teman di serambi mushola. Kebiasaan kami sehabis buka puasa itu duduk santai mengobrol sambil merokok (maaf..waktu itu masih merokok). Waktu itu kami kehabisan rokok. Mana buat beli rokok, sudah habis dari kemarin-kemarin. Yang kami berdua lakukan hanyalah berserah diri kepada kehendak Allah swt, “Ya Allah, kami pengin merokok tapi ga bisa beli...” setelah itu kami tenggelam bermunajat dengan bertasbih.. mengucapkan "subhanallah" sampai akhirnya terjawab didalam hati, agar kami bersabar sebentar.. 
Kurang lebih 1,5 jam setelah bermunajat, ada teman yang datang bertamu... dan membawa beberapa bungkus rokok untuk kami....  Subhanallah !!!

Tentang mengapa hanya diijinkan meminta kepada orang tua?
Orang tua dalam pengertian hakikat adalah "Gusti Allah katon", yang tugasnya ialah nggulawentah anak. Yakni, mengasuh anak dari bayi sampai menghantarkan ke pelaminan dan apabila secara finansial mampu maka ortu wajib mendonasi, mencukupi kebutuhan hidup anaknya hingga bisa berdikari.


Kesimpulannya
  • Bahwasanya, kejadian di jagad raya ini tidak ada yang kebetulan terjadi karena sesungguhnya semua kejadian itu merupakan bagian dari rencana dan keputusan Allah swt. 
  • Sesungguhnya kejadian yang dianggap kebetulan terjadi itu adalah bentuk pertolongan Allah swt kepada siapapun manusia yang secara ikhlas dan konsisten hanya berserah diri kepada ALLAH SWT.
  • Laku tirakat adalah sarana para pengamal hakikat dalam berserah diri kepada NYA.
  • Jangan khawatir menjadi tidak kaya karena berpola hidup nrimo ing pandum, yakinilah bahwa kaya hanyalah soal waktu. yang penting jalanilah hidupmu dengan tulus dan hanya mengikuti bimbingan dan tuntunan dari NYA. 
  • Apabila anda lebih menyukai berihtiyar dengan mengandalkan kemampuan diri, silakan dijalani.
  • Bisa dibuktikan sendiri, mana yang lebih menguntungkan... berbisnis ala nrimo ing pandum atau berbisnis ala ihtiyar  anda sendiri. Karena di laku Islam Jawa Kasunyatane Urip, semua harus anda buktikan sendiri.

Tetap sehat penuh semangat dan selalu taat
Wassalam.

3 komentar:

Ki SOSRO HADIWIBOWO mengatakan...

Bagi saya Ikhtiyar dan Nrima Ing Pandum bisa diselaraskan, maksudnya kita tetap berusaha untuk berkarya/bekerja, selanjutnya nrima ing pandum itu saya menterjemahkan sebagai menerima sesuai hak dan dalam konteks hakikat keimanan kepada Allah ya kita berserah diri seutuhnya kepada Hyang Maha Kuasa.

Ki SOSRO HADIWIBOWO mengatakan...

bagi saya Nrima Ing Pandum itu saya terjemahkan dalam koteks horizontal menerima sesuai hak,konteks Vertikal itu sama dengan Tawakal.

Mas Bb mengatakan...

@Ki SOSRO HADIWIBOWO.. terima kasih atas tanggapannya. Memang ini tentang sudut pandang. Dlm ranah hakikat, Ihtiyar dengan Nrimo ing Pandum adalah dua hal yang berbeda. Ihtiyar adalah "laku tirakat"nya. Nrimo ing pandum ini bukan pasrah/tawakal tp berhub dgn pemberian dari NYA. Shg dalam konteks horizontal, hakikat Nrimo ing Pandum itu menerima "berapapun" yang diberikan.